2002 yang lalu.....
1st day
Senja kali itu aku melihat 'keindahan' itu. Mataku tertumpuk pada seseorang yang bersosok tinggi besar yang meliuk-liuk di gulungan ombak dengan surfboardnya. Segera kuseret langkahku menyusuri bibir pantai menuju tempat itu. Sebuah pemandangan yang menakjubkan mematikan langkahku. Cowok hitam manis itu asyik memainkan surfboardnya berperang melawan ombak yang berkaki-kaki.
Dengan ekor mata, kutatap wajah pemilik tubuh bagus itu. Ah, senja kurasakan terlalu cepat bergulir jatuh. Aku beranjak tanpa sempat bertukar senyum apalagi kata-kata.
2nd day
Sengaja aku berangkat dari rumah lebih awal dari biasanya. Harapanku cuma satu: menemukan 'keindahan' kemarin. Sosok bagus itu kutemukan kembali dengan surfboardnya dan liukan tubuhnya diantara ombak. Tak peduli panas mentari begitu membakar.
'Hai...', segera kusambar kesempatan ini setelah dia usai bermain surfing dan berjalan menuju tepi pantai.
'Halo...', balasnya ringan.
Sebenarnya aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk menuntunnya ke dalam sebuah percakapan yang hangat, namun dengan berat hati kubiarkan cowok itu tenggelam dalam dunianya.
Kutatap setiap gerakannya yang begitu indah. Ya, dia begitu indah.
3rd day...
Kupercepat langkahku saat kulihat cowok itu duduk disamping surfboardnya. Ah, laut kali ini tidak bersahabat dan langit berduka. Bahkan sinar mentari pun tak tampak dalam sapuan alam.
'Hai', kali ini cowok itu menyapaku dulu.
'Ah, bad day', kucoba mengajaknya berdialog.
' Yup'.
Keakraban pun mengalir. Kuikuti gerakannya yang menjatuhkan tubuhnya ke atas pasir tanpa alas apapun. Kami berbagi cerita. Tentang laut, langit, dan angin, dan ombak yang diakuinya bisa membantu meredakan gundah hatinya.
Kutengadahkan wajahku mencari burung-burung kecil yang biasanya terbang merendah.
Begitu dahsyatkah cinta?
.2003.
Kusisipkan warna biru pekat pada langit. Dan warna putih sayap camar turut menyempurnakan kemurungan senja yang berduka. Inikah suasana hatiku?
Kesepian berlarut kemuraman yang terasa asing?
'Kamu tidak ingin jadi camar itu kan?', sebuah suara hinggap di gendang telingaku.
'Kamu?', ujarku tak yakin.
Dan aku semakin tak mengerti dengan diriku sendiri setelah melihat kepala itu mengangguk. Begitu jauhkah aku tenggelam dalam duniaku hingga tidak kusadari sepasang kaki telah berdiri di belakangku?
Berapa lama sudah cowok itu memperhatikanku? Dia menaikkan alisnya sambil melebarkan senyumnya.
'Sepertinya aku kehilangan senyum termanis yang pernah aku nikmati dulu.'
Hanya angin yang mengerti mengapa aku tertawa saat ini.
Lega rasanya setelah dihimpit ketidaknyamanan yang membius.
'Kamu tidak akan berbagi cerita dengan camar-camar itu kan?'
Aku menggigit bibirku, tapi semburat merah di langit terasa memantul ke pipiku.
'Camar-camar itu akan marah kalau tahu kamu sedang bersedih sekarang'.
Kubiarkan angin menimbun kebisuan diantara kami hingga kusadari senja hampir tiba.
'Kamu pasti membuatku bahagia dengan membiarkan aku menemanimu berjalan di sepanjang tepi pantai'.
Kalimat ajakan semacam apa pula itu? bisik hatiku geli.
'Kita bisa berbagi banyak cerita'.
1st day
Senja kali itu aku melihat 'keindahan' itu. Mataku tertumpuk pada seseorang yang bersosok tinggi besar yang meliuk-liuk di gulungan ombak dengan surfboardnya. Segera kuseret langkahku menyusuri bibir pantai menuju tempat itu. Sebuah pemandangan yang menakjubkan mematikan langkahku. Cowok hitam manis itu asyik memainkan surfboardnya berperang melawan ombak yang berkaki-kaki.
Dengan ekor mata, kutatap wajah pemilik tubuh bagus itu. Ah, senja kurasakan terlalu cepat bergulir jatuh. Aku beranjak tanpa sempat bertukar senyum apalagi kata-kata.
2nd day
Sengaja aku berangkat dari rumah lebih awal dari biasanya. Harapanku cuma satu: menemukan 'keindahan' kemarin. Sosok bagus itu kutemukan kembali dengan surfboardnya dan liukan tubuhnya diantara ombak. Tak peduli panas mentari begitu membakar.
'Hai...', segera kusambar kesempatan ini setelah dia usai bermain surfing dan berjalan menuju tepi pantai.
'Halo...', balasnya ringan.
Sebenarnya aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk menuntunnya ke dalam sebuah percakapan yang hangat, namun dengan berat hati kubiarkan cowok itu tenggelam dalam dunianya.
Kutatap setiap gerakannya yang begitu indah. Ya, dia begitu indah.
3rd day...
Kupercepat langkahku saat kulihat cowok itu duduk disamping surfboardnya. Ah, laut kali ini tidak bersahabat dan langit berduka. Bahkan sinar mentari pun tak tampak dalam sapuan alam.
'Hai', kali ini cowok itu menyapaku dulu.
'Ah, bad day', kucoba mengajaknya berdialog.
' Yup'.
Keakraban pun mengalir. Kuikuti gerakannya yang menjatuhkan tubuhnya ke atas pasir tanpa alas apapun. Kami berbagi cerita. Tentang laut, langit, dan angin, dan ombak yang diakuinya bisa membantu meredakan gundah hatinya.
Kutengadahkan wajahku mencari burung-burung kecil yang biasanya terbang merendah.
Begitu dahsyatkah cinta?
.2003.
Kusisipkan warna biru pekat pada langit. Dan warna putih sayap camar turut menyempurnakan kemurungan senja yang berduka. Inikah suasana hatiku?
Kesepian berlarut kemuraman yang terasa asing?
'Kamu tidak ingin jadi camar itu kan?', sebuah suara hinggap di gendang telingaku.
'Kamu?', ujarku tak yakin.
Dan aku semakin tak mengerti dengan diriku sendiri setelah melihat kepala itu mengangguk. Begitu jauhkah aku tenggelam dalam duniaku hingga tidak kusadari sepasang kaki telah berdiri di belakangku?
Berapa lama sudah cowok itu memperhatikanku? Dia menaikkan alisnya sambil melebarkan senyumnya.
'Sepertinya aku kehilangan senyum termanis yang pernah aku nikmati dulu.'
Hanya angin yang mengerti mengapa aku tertawa saat ini.
Lega rasanya setelah dihimpit ketidaknyamanan yang membius.
'Kamu tidak akan berbagi cerita dengan camar-camar itu kan?'
Aku menggigit bibirku, tapi semburat merah di langit terasa memantul ke pipiku.
'Camar-camar itu akan marah kalau tahu kamu sedang bersedih sekarang'.
Kubiarkan angin menimbun kebisuan diantara kami hingga kusadari senja hampir tiba.
'Kamu pasti membuatku bahagia dengan membiarkan aku menemanimu berjalan di sepanjang tepi pantai'.
Kalimat ajakan semacam apa pula itu? bisik hatiku geli.
'Kita bisa berbagi banyak cerita'.
Aku menoleh ke belakang. Kutatap pasir, karang, dan bulan kepagian.
Ceritakan tentang cinta.....
Posts
